Setelah kemarin aku menulis tentang Sebuah Coretan Digital di Tengah Malam: Kenapa Aku Butuh Ruang Menulis? aku jadi sadar satu hal sederhana: menulis itu sebenarnya bukan cuma soal membagikan cerita ke orang lain. Lebih dari itu, menulis adalah caraku untuk berdialog dengan diri sendiri.
Menulis dan Kejujuran pada Diri
Di atas kertas atau layar kosong, aku bisa jujur tanpa takut dihakimi. Pikiran yang biasanya berantakan di kepala jadi lebih rapi ketika dituangkan dalam kata-kata. Kadang malah muncul jawaban yang tak terduga, seolah-olah aku sedang berbicara dengan versi lain dari diriku sendiri.
Mengenal Emosi Lewat Tulisan
Menulis juga membantuku memahami emosi yang sulit dijelaskan. Rasa lelah, cemas, atau bahkan bahagia bisa lebih mudah dipahami ketika sudah berubah menjadi kalimat. Dari situ, aku belajar bahwa menulis bukan hanya aktivitas kreatif, tapi juga terapi kecil yang murah dan sederhana.
Jejak Percakapan dengan Masa Depan
Mungkin, setiap tulisan yang kutinggalkan di blog ini bukan sekadar catatan harian. Ia adalah jejak percakapan antara aku hari ini dengan aku di masa depan. Sebuah dialog yang terus berjalan, meski dalam diam.
Salah satunya tulisanku ini Lembar Kisah Seorang Mahasiswa Baru, benar-benar ngalir aja apa yang ada dipikiran aku tulis.

0 Komentar