Ketika Rencana A Tak Berjalan Sesuai Harapan
Pernahkah kamu merasa bahwa hidup sedang menguji kesabaran dengan memberikan jalan yang berliku-liku? Itulah yang aku rasakan ketika mimpi masa remaja untuk menjadi tentara harus aku relakan. Namun seperti kata pepatah, "Tuhan tak pernah tidur" - kadang yang kita anggap kegagalan justru menjadi jalan menuju sesuatu yang lebih baik.
Sejak SMA, aku punya mimpi besar untuk jadi tentara. Waktu itu, aku rajin latihan fisik, ikut kegiatan pramuka, sampai di rumah pun masih sempat bantu orang tua—mulai dari membungkus es, setor ke warung, nyari rumput buat kambing, hingga membersihkan kandang. Hidup sederhana tapi penuh semangat. Tentu, masa remaja juga sempat diwarnai main ke sana-sini dan pacaran tipis-tipis.
Ujian sekolah menjadi titik balik pertama dalam hidup aku. Kurang beruntung di mata pelajaran matematika membuat aku harus menempuh jalur kejar paket C. Tapi mimpi menjadi tentara masih membara, sehingga aku memutuskan untuk gap year selama dua tahun.
Masa Gap Year: Merelakan Impian Lama
Dua tahun itu aku habiskan untuk latihan fisik intensif, renang, terapi, dan berbagai persiapan lainnya. Hingga akhirnya tiba masa dimana aku harus merelakan mimpi itu dan memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang kuliah.
Jujur, masa kuliah adalah bagian yang sering bikin aku menoleh ke belakang dengan rasa sesal. Teman-teman seangkatan memilih jurusan sesuai passion mereka—matematika, fisika, kimia, biologi, teknik informatika. Aku? Masuk jurusan Bahasa Inggris. Alasannya sederhana: kupikir komputer bisa dipelajari sambil jalan atau lewat kursus. Naif, memang.
Tapi hidup punya cara tersendiri untuk memperkenalkan kita pada passion yang sesungguhnya. Dari teman-teman, aku belajar install ulang Windows, pasang antivirus, recovery data, hingga mencoba Linux Ubuntu 12.04 yang waktu itu masih berbentuk kepingan VCD. Teman SMA membantu install dualboot di PC-ku. Dari situlah minat di dunia teknologi makin tumbuh.
Kombinasi kuliah Bahasa Inggris dan minat teknologi ternyata tidak mudah dijalankan. Banyak mata kuliah yang harus diulang, skripsi mandeg bertahun-tahun. Untuk bertahan hidup, aku sempat menjadi driver sambil tetap kuliah.
Sayangnya, aku tidak langsung menyelesaikan kuliah. Banyak mata kuliah yang harus diulang, skripsi mandek, bahkan sempat beberapa tahun nyambi jadi driver. Walau begitu, ada sisi positifnya: aku jadi tahu banyak tempat wisata di Jogja.
Ketika Pandemi Mengubah Segalanya
Dari hobi dolan, aku akhirnya masuk ke dunia pariwisata. Ikut pelatihan BNSP kepemanduan wisata, bahkan dapat sponsor dari Dinas Pariwisata Jogja. Beberapa tahun kemudian aku kerja jadi driver wisata, lalu menikah. Hidup mulai stabil—sampai datang pandemi.
Saat Covid melanda, industri pariwisata berhenti total. Aku yang baru lulus kuliah merasa hancur. Lamar sana-sini tak kunjung dapat panggilan. Untuk bertahan hidup, aku bantu jaga warung sembako milik teman. Jualan bawang, brambang, beras, bumbu dapur.
Tapi aku sadar: kalau terus begini, masa depanku suram. Akhirnya aku nekat meminjam uang istri untuk ikut pelatihan website development. Pilihan itu kuambil karena aku tahu dunia teknologi sedang naik daun. Aku bahkan sempat lihat ada teman yang berhasil masuk Gameloft—dan itu jadi motivasi.
Selesai pelatihan, aku daftar di berbagai job portal: LinkedIn, Glints, JobStreet, Indeed. Bahkan coba apply ke Gameloft. Beberapa kali dipanggil interview, sampai tes skill. Di titik ini aku sempat marah pada diriku sendiri: kenapa dulu tidak ambil IT waktu kuliah?
Namun akhirnya, doa dan usaha membuahkan hasil. Aku lolos program paid internship dari Disnaker Jogja, ditempatkan sebagai SEO Specialist di perusahaan manufaktur dan distributor mesin UMKM. Walaupun statusnya magang, tapi sudah “paid”. Jam kerja ikut staff, 08.00–17.00. Setidaknya ada harapan baru.
Menemukan Rumah di Dunia Digital Marketing
Magang di Rumah Mesin jadi titik balik penting. Di sana, aku banyak belajar: teknis SEO, flow kerja manajerial, dan yang tak kalah penting - membangun network. Teman-teman seangkatan magang dan staff di sana menjadi support system yang berharga.
Setelah lulus magang, aku sempat menganggur beberapa bulan lagi. Mode struggle kembali aktif: apply job portal, test skill, tapi kali ini dengan lebih percaya diri karena sudah ada pengalaman.
Aku masih ingat betul momen itu. Ponsel berdering di dashboard mobil saat sedang makan siang di parkiran mobil Bandara Semarang. Saat itu aku masih nyambi jadi driver, membawa tamu ke Semarang.
Mas Adi, manager lama aku, menginformasikan ada open recruitment di tempat magang dulu. Betapa terharunya aku, begitu pula istri yang akhirnya melihat suaminya mendapat kerja kembali.
Siklus Kehidupan dan Pembelajaran Berkelanjutan
Berkat Mas Adi dan tim manajemen, aku diberi kesempatan belajar banyak hal - dari teknis SEO hingga manajerial perusahaan. Di sinilah potensi dan minat aku di bidang tech benar-benar berkembang.
Namun hidup itu siklus: kadang di atas, kadang di bawah—bahkan sangat bawah. Aku kehilangan istriku, sebuah luka yang sangat dalam. Tidak lama kemudian, kontrakku juga tidak diperpanjang. Lagi-lagi, aku harus memulai dari nol.
Sekarang aku bekerja di Ekafarm, masih sebagai SEO Specialist. Pesan Mas Adi selalu kuingat: jangan bergantung pada satu sumber saja, carilah sumber sebanyak-banyaknya. Itu pula yang jadi alasanku untuk terus belajar SEO, SEM, dan bahkan mulai merintis ke dunia full-stack website development.
Refleksi: Tidak Ada Istilah Nasi Sudah Menjadi Bubur
Aku percaya, tidak ada istilah nasi sudah jadi bubur. Kalaupun sudah jadi bubur, kita masih bisa menambah lauk, menjadikannya bubur ayam yang lezat. Sama halnya dengan perjalanan karirku: tidak lurus, penuh belokan, bahkan jatuh bangun. Tapi aku tetap bisa berdiri, belajar, dan melangkah ke depan.
Hari ini aku adalah SEO Specialist, sedikit paham SEM, dan sedang mendalami web development. Mungkin bukan pekerjaan impian, tapi aku mencintai apa yang kulakukan sekarang.
Closing: The Journey Continues
Cerita aku belum berakhir. Impian menjadi full-stack developer masih terus aku kejar. SEO dan SEM yang sedang aku dalami akan menjadi fondasi untuk memahami digital ecosystem secara menyeluruh.
Mungkin beberapa tahun ke depan, aku akan menulis sequel dari artikel ini dengan pencapaian-pencapaian baru. Atau mungkin kamu yang akan menginspirasi aku dengan cerita perjalanan karir kamu.
Satu hal yang pasti: tidak ada kata terlambat untuk berubah, tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk dikejar, dan tidak ada latar belakang yang salah untuk memulai yang baru.
Keep learning, keep growing, and keep inspiring others with your journey.


0 Komentar